Jumat, 28 Mei 2010

"Tidak sesederhana itu"

Ada yang pernah bilang, "Hal ini tidak bisa dipikirkan seperti itu. Masalah seperti ini tidak bisa diselesaikan dengan sesederhana itu". Pertanyaan yang timbul, kerumitan seperti apa? Kenapa tidak dapat dijelaskan kerumitan yang dimaksud (dengan alasan : yang diajak bicara masih belum bisa memahami karena belum pernah mengalaminya)? Bagaimana bisa paham (yang diajak bicara) jika bahkan untuk mencoba menjelaskan saja tidak mau? Padahal dengan bangga para pembicara mendeklarasikan bahwa sumber masalah nya adalah tidak komunikasi. Lucu sebenarnya. Hal yang memang seharusnya bisa diselesaikan dengan mudah dibuat menjadi rumit. Toh hal benar sebagai patokan sudah jelas benar dan sederhana, lalu kenapa harus memilih hal yang berlarut-larut dan tidak jelas kapan selesai nya? Apa yang sedang dijaga? Apa yang sedang ingin dicapai? Andai kata sesuatu yang benar itu salah, apa salah nya menjadi sedikit bijaksana untuk mengakui yang salah sebagai benar demi menjaga sesuatu yang lebih berharga? Jika dibalik, kenapa tidak diri sendiri yang menjadi "bijaksana" dengan merelakan membenarkan yang salah? Kembali lagi pada pertimbangan mana yang memiliki "keuntungan" lebih banyak untuk mencapai keadaan yang lebih baik. Mungkin slogan iklan "yang gag penting itu penting" ada benarnya. Toh setiap orang punya kepetingan untuk diri nya sendiri. Sudah seperti kisah sinetron, sesuatu yang seharusnya selesai dibuat berlarut-larut.